Majalis Logo Tentang Kami

Gambar Ilustrasi Sekolah Islam

Sekularisasi Kurikulum, Akhir Sekolah Negeri?

Oleh: Muhammad Sultan Hasan Saputra

Ada fenomena yang menarik pada saat awal-awal masuknya ajaran baru di bulan Juli silam. Ternyata banyak sekolah negeri yang kekurangan siswa, bahkan tidak mendapatkan siswa sama sekali. Beberapa sekolah negeri juga akhirnya ada yang berhenti beroperasi. para tenaga pengajarnya banyak yang dimutasi ke sekolah yang masih berjalan. Jumlah murid pada tahun ajaran baru kemarin mengalami tren penurunan yang signifikan. Apa problemnya? Di satu sisi kita setuju dengan sistem zonasi, sehingga sekolah negeri akan menerima murid yang hanya dari wilayah terdekatnya. Kebijakan ini diharapkan menghentikan stigma ‘sekolah favorit’ dan ‘sekolah buangan’. Hanya saja, ada beberapa masalah. Masalah pertama adalah sarana dan prasarana sekolah yang masih tidak sama kualitasnya. Permasalahan ini sangat mudah diatasi hanya dengan pengalokasian anggaran yang tepat. 

Masalah kedua yang penulis kemukakan adalah problem yang sangat vital terjadi di sekolah negeri, yaitu pembelajaran agama. Madrasah kita masih sangat sekuler. Mata pelajaran agama sendiri hanya diajarkan 2 jam dalam sepekan. Selain itu, materi di pelajaran umum juga penuh dengan dikotomi agama-sains. Misalnya, di dalam pelajaran sejarah, kita disuruh memilih pithecanthropus erectus sebagai manusia pertama, bukan Nabi Adam a.s. Dominasi tokoh sekuler dalam sejarah pergerakan nasional juga dirasa mendominasi, bahkan nama-nama para ulama yang berjihad banyak yang ingin dihapus dari memori siswa. Pada pelajaran ekonomi hanya menjelaskan sistem kapitalis, seperti saham, suku bunga, inflasi, fluktuasi dll. Di dalam pelajaran ekonomi tidak pernah ada peninjauan secara fikih, kalaupun ada hanya sedikit sekali. Kegiatan seni budaya dan olah raga juga masih harus dipisahkan dengan agama. kita dapati ketika pelajaran di luar ruang, tidak ada pemisah antara murid lelaki dan perempuan. Orientasi sains masih merujuk kepada ilmuwan barat. Tidak pernah dibahas mengenai kitab para ulama yang membahas ilmu geografi, matematika, kedokteran, dan fisika.

Dikotomi pendidikan ini tentu tidak sejalan dengan nafas Islam. Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim, Syeikh Zarnuzi menegaskan bahwa Islam adalah agama yang berdiri di atas landasan ilmu. Fardhu ‘ain bagi seluruh umat Islam, baik dari kalangan lelaki dan perempuan untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Menuntut ilmu diwajibkan atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”

Dalam konteks hukum, wajib setiap muslim mengetahui ilu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya seperti akidah dan fikih. Selain itu, ada juga ilmu yang hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah. Fardhu kifayah berarti jika dalam suatu negeri tidak ada yang menguasai ilmu tersebut, maka seluruh negeri akan mendapat dosanya. Misalnya seperti ilmu hitung, agar ada yang bisa memperkirakan waktu sholat, arah kiblat, takaran zakat dan pembagian warisan. Selain itu, Imam Syafi’i mengatakan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu duniawi yang harus dipelajari disamping ilmu fikih dalam urusan agama.

Kurikulum pendidikan Nasional juga seringkali berubah-rubah, tergantung siapa menteri yang menjabat pada saat itu. Hal ini berbeda dengan kurikulum pendidikan Islam yang sudah mapan. Kurikulum pendidikan Islam terbukti mampu bertahan beberapa dekade. Padahal, tujuan pendidikan nasional bukan hanya sekedar penguasaan ilmu pengetahuan, banyaknya wawasan, atau banyaknya keterampilan. Keberhasilan pendidikan dalam konteks tujuan pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3:

“Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”

Imbas dari tidak sesuainya tujuan pendidikan nasional, akhirnya para orangtua murid memilih alternatif lain. Pendidikan Islam yang sudah mapan, bahkan beberapa ada yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan menjadi laris manis. Contohnya seperti Pesantren Darussalam Gontor, yang memiliki kurikulum mandiri tidak mengikuti pemerintah.

Fenomena kebangkitan sekolah Islam dan pesantren tidak lepas dari fenomena masyarakat Indonesia yang semakin mendambakan kehidupan religious. Ditambah integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu agama di beberapa lembaga pendidikan Islam Modern terbilang sukses. Misalnya program Trensains (Pesantren Sains) Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Prospek kedepannya adalah melahirkan ilmuan-ilmuan religious yang berakhlak dan menggunakan pengetahuan untuk maslahat umat. Begitu juga dengan MAN Insan Cendekia yang juga menghasilkan kecakapan bahasa. Bukan hanya bahasa Arab dan Inggris, tapi juga bahasa Jerman. Sekolah Islam Terpadu mulai menggeser pasar sekolah agama lain, baik dari segi sarana prasarana, nilai ujian nasional, hingga kejuaraan-kejuaraan seperti seni, olahraga, olimpiade sains, olimpiade matematika, hingga kompetisi robotik. Kesan elit yang melekat juga menambah izzah kemuliaan pendidikan Islam. Sehingga, kalangan menengah ke atas tetap bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa harus mengorbankan akidah. Beberapa pesantren salaf tradisional, yang murni mengajarkan kitab kuning juga memasukkan unsur keterampilan wirausaha sebagai penunjang skill selepas santri lulus. Sehingga bisa kita dapati, para profesional yang hafal Al-Qur’an lulus dari lembaga ini. Usaha kalangan sekuler yang mau hilangkan pelajaran agama, malah berimbas kepada sekolah negeri semakin sepi peminat.

Sebenarnya kurikulum pendidikan Islam jauh lebih merdeka daripada universitas merdeka. KH Mahmud Yunus dalam Sejarah Pendidikan di Indonesia, pendidikan Islam sudah berasal dari berabad-abad yang lalu. Pendidikan Islam bisa bermula di gubuk tengah sawah atau diatas batu karang pinggir pantai. Untuk mengakses pembelajaran dari para ulama, terkadang tidak perlu mengenyam pendidikan formal. Pendidikan Islam hanya berawal dari lingkaran halaqoh kecil. Lingkaran halaqoh tersebut dibina di surau atau langgar. Akhirnya, karena banyaknya peminat, halaqoh di surau kecil itu pun menjadi pondok pesantren. Tetapi, lingkaran halaqoh itu masih banyak tersebar di masjid-mesjid. Majelis ta’lim sudah menjalankan fungsinya sebagai core pendidikan Islam di pedesaan dan perkotaan. Pesertanya tidak perlu mendaftar dan membayar uang pangkal. Majelis-majelis ta’lim tersebut, dengan berbagai materi belajarnya dapat diakses jadwalnya di website majalis.id. Pendidikan agama Islam ternyata jauh lebih merdeka daripada pendidikan sekuler.


Referensi:

  1. Syeikh az-Zarnuzi. (2021). Terjemah Ta’limul Muta’allim. Yogyakarta: Sahabat Pustaka.

  2. Yunus, Mahmud. (1985). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.

  3. Yuswohady. (2014). Marketing to The Middle Class Muslim: Kenali Perubahannya, Pahami Perilakunya, Petakan Strateginya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

  4. Azmi, Miftah. (2022). Kadisdik Banjarbaru : PPDB SMP Tahun 2022 Banjarbaru Menurun, Ternyata Ada Sebabnya. (https://www.reportase9.com/kadisdik-banjarbaru-ppdb-smp-tahun-2022-banjarbaru-menurun-ternyata-ada-sebabnya/#:~:text=Mengenai%20hal%20ini%20Kepala%20Dinas,sampai%20dengan%208%20Juni%202022.) 

  5. Jamil, Ahmad Islamy. (2017). Pesat, Perkembangan Sekolah Islam Terpadu. (https://www.republika.co.id/berita/ot3za2313/pesat-perkembangan-sekolah-islam-terpadu

  6. Mujiburrahman. (2022). Di Balik Banyak SDN Ditutup. (https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/07/25/di-balik-banyak-sdn-ditutup)

  7. Purwadi, M. (2021). Nama Tokoh KH Hasyim Asy'ari Hilang di Kamus Sejarah RI, Ini Penjelasan Penyunting. (https://edukasi.sindonews.com/read/404698/212/nama-tokoh-kh-hasyim-asyari-hilang-di-kamus-sejarah-ri-ini-penjelasan-penyunting-1619031890)

  8. Redaksi KompasTV Jateng. (2022). Kurang Peminat, SD Negeri Ngrojo Tidak Mendapat Siswa Baru. (https://www.kompas.tv/article/309082/kurang-peminat-sd-negeri-ngrojo-tidak-mendapat-siswa-baru

  9. Redaksi Muallimin. (2015). Mu’allimin Luncurkan Program Trensains. (https://muallimin.sch.id/2015/10/23/muallimin-luncurkan-program-trensains/

  10. Redaksi Radar Solo. (2022). Karena Minim Siswa, Pemkot Surakarta Bakal Regrouping 28 SD Negeri. (https://radarsolo.jawapos.com/pendidikan/14/07/2022/karena-minim-siswa-pemkot-surakarta-bakal-regrouping-28-sd-negeri/

  11. Redaksi SMA Trensains Tebuireng. (2021). Profil SMA Trensains Tebuireng. (https://www.smatrensains.sch.id/2021/05/sma-trensains-tebuireng-pesantren-sains/

  12. Royani, Ida. (2022). Kalah Bersaing dengan Ponpes, SMPN 5 Jorong Tala Hanya Menjaring Sepuluh Murid Baru. (https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/07/23/kalah-bersaing-dengan-ponpes-smpn-5-jorong-tala-hanya-menjaring-sepuluh-murid-baru?page=all.) 

  13. Tausyiah Ustadz Dr. Adian Husaini di acara INSISTS Saturday Forum (INSAF). Fajrina, Isna Nur dkk. (2019). Reformasi Pendidikan Indonesia Memerlukan Lima Hal Penting –Catatan INSISTS Saturday Forum (INSAF) 5/1/2019. (https://insists.id/reformasi-pendidikan-indonesia-memerlukan-lima-hal-penting-catatan-insists-saturday-forum-insaf-5-1-2019/)

14. Mau Hilangkan Pelajaran Agama...!! Sekolah Negeri 'Hilang' Duluan; Publik Dah Cerdas Bro...?! di kanal Youtube Ulil Albab Media (https://www.youtube.com/watch?v=FpDtJYOdY1Q)

JADWAL MAJELIS KONTEN MAJALIS